29 August 2009

Dekorasi Kunjungan Bapa Paus Yohanes Paulus II di Indonesia


Kunjungan Paus Yohanes Paulus II
Gelora Bung Karno Jakarta, 15 Oktober 1989
Altar yang dipergunakan untuk Perayaan Ekarisiti oleh Paus Yohanes Paulus II, sewaktu kunjungannya di Indonesia

Dekoarsi Bunga pada bagian bawah railing tangga menuju Altar, dimana tangga ini dilalui oleh Paus Yohanes Paulus II, untuk memimpin Perayaan Ekaristi.

Aisle (hiasaan pada jalan yang dilalui) oleh Paus Yohanes Paulus II, menuju Altar

Kusri yang diduduki Paus Yohanes Paulus II, waktu memimpin Perayaan Ekaristi di Gelora Bung Karno
Sudut Dekorasi Altar (tampak dari Kiri)



Sudut Dekorasi Altar (tampak dari Kanan)



Kegiatan Serafien



















Unity Candle



Tradisi Penyalaan Unity Candle yang dimulai di Amerika Serikat, kini banyak dimasukan dalam upacara pemberkatan pernikahan di Indonesia. Upacara Penyalaan Unity Candle menggunakan dua lilin kecil dan satu lilin besar (Unity Candle). Dua lilin kecil ini digunakan sebagai simbol dua kehidupan yang berbeda dengan latar belakang keluarga dan sosial yang berbeda. Dengan menyalakan Unity Candle bersama-sana, ini menjadi tanda bergabungnya suatu kehidupan, keluarga dan teman-teman dalam cinta dan komitmen.



Upacara penyalaan Unity Candle merupakan bagian dari upacara pemberkatan pernikahan di gereja dan dilakukan setelah janji pernikahan dan pertukaran cincin. Kedua mempelai dapat memilih mengikutsertakan ibu dalam upacara ini. Pada waktu permulaan upacara, ibu kedua mempelai menyalakan dua lilin kecil. Ibu mempelai wanita menyalakan lilin mempelai wanita, dan ibu mempelai pria menyalakan lilin mempelai pria. Lalu kedua mempelai menyalakan lilin besar bersama-sama. (jangan lupa untuk mematikan kedua lilin kecil sebagai simbol bahwa meraka bukan lagi dua melainkan satu)

Belajar Merangkai Bunga

Kegiatan Belajar Merangkai Bunga untuk Umat


Instruktur Perangkai Bunga

Suasana Kegiatan Belajar Dasar, Merangkai Bunga

Lokasi Aula Paroki Tomang-Gereja Maria Bunda Karmel (2007)


Hasil Karya Dasar, Belajar Merangkai Bunga

Hasil Karya Dasar, Belajar Merangkai Bunga

Hasil Karya Dasar, Belajar Merangkai Bunga

proses kerja team dalam merangkai bunga


Penjurian/Penilain Hasil Lomba Merangkai Bunga


Suasana Kegiatan Pelatihan Merangkai Bunga


Pemenang lomba Kegiatan merangkai Bunga

Prosesi Penjurian Kegiatan Lomba Merangkai Bunga

DEKORASI GEREJA


DEKORASI GEREJA

Seni ( Pelayanan) Merangkai Bunga dalam Perayaan Liturgis

Romo A.Susilo Wijoyo, Pr


Pengantar

Liturgi adalah suatu kegiatan rohani-imani yang dilakukan secara bersama, resmi, dan simbolis. Ia bukan sekedar doa yang dilakukan secara bersama-sama, namun lebih merupakan suatu rangkaian ritual yang utuh, punya aturan, dan bermakna khusus. Sebagai suatu rangkaian ritual, liturgi tak terbebas dari unsur-unsur artistik simbolis, ada pula unsur-unsur fungsional semata. Unsur-unsur itu ada yang alami ( api, air, dupa, tanaman ), ada pula yang sengaja diciptakan untuk keperluan liturgis ( busana, peranti, perabot )


Peran kesenian memang tak boleh diabaikan dalam liturgi. Seni diperlukan untuk bisa menyentuhkan misteri yang agung dalam liturgi itu pada hati kita. Seni digunakan untuk memberi wujud atau wajah bagi unsur-unsur simbolis agar dapat membantu pengungkapan misteri yang tak mudah terpahami akal budi itu. Semua unsur itu juga memerlukan peran aktif yang tepat dari para pelaku liturginya agar kehadiran unsur-unsur itu dalam perayaan liturgi sungguh berdaya dan berhasil guna. Hasil olah cipta kesenian dalam liturgi berinteraksi dengan setiap perayaan liturgi, setiap orang yang berpartisipasi didalam perayaan itu.

Salah satu bentuk unsur kesenian itu adalah rangkaian bunga.Yang pertama harus diperhatikan sekarang ini sebaiknya bukan bunga-bunganya, atau rangkaiannya,tapi siapa yang berkepentingan dengan itu. Maka, uraian berikut ini terutama ditujukan bagi para seniman-senawati perangkai bunga, atau siapa pun yang menaruh peduli pada seni tata puspa semacam ini. Kita perlu bertanya dulu tentang bagaimana sebaiknya para perangkai bunga harus bersikap dalam menghadapi tugas mulia berpartisi dalam liturgi, khususnya melalui talenta yang dimilikinya? Kita pun akan mengajak para perangkai bunga untuk lebih memahami peran Seni merangkai bunga itu sendiri dalam perayaan liturgis.


Perangkai Bunga : Seniman dan Pelayanan

Istilah “perangkai bunga” mungkin belum terlalu tepat untuk melukiskan peranan pentingnya dalam liturgi.Istilah ini bisa saja dimengerti sebatas arti teknis-praktis. Asal mampu” Merangkai bunga” entah seberapa besar besar kadar kemampuanya maka bisa disebut sebagai “ perangkai bunga “. Bisa jadi karyanya tak terasa artistik, tak indah, kurang berseni.Seorang perangkai bunga sewajarnya dapat berkembang menjadi artis-floral( flos-florist ( m)= bunga ) atau seniman-seniwati bunga sejati, bukan puas menjadi “tukang merangkai bunga”. Meskipun demikian istilah “ perangkai bunga “tetap kita gunakan saja sekarang namun dalam pengertian yang lebih lengkap dan berdimensi estetis.Seorang “florist”biasanya berjiwa seni juga dia paham tentang bunga dan rumpun-rumpunnya, sekaligus tahu menggunakan mereka sebagai unsur utama karya cipta seni- floral-nya


Apakah setiap karya perangkai bunga ataupun floral – meskipun mencapai taraf keindahan tertingi dalam ukuran artistiknya – pasti cocok untuk suatu perayaan liturgis? Belum tentu. Maka , sebaiknya tidak setiap perangkai bunga atau artis-floral bisa dengan begitu saja menceburkan diri dalam liturgi .seperti hal tentara yang hendak maju perang ,mereka sebelumnya dilatih dan diberi tahu bagaimana situasi medan tempurnya.Perangkai bunga yang biasa berkarya untuk kebutuhan profan pun seharusnya juga terlebih dulu mau mengenal medan karyanya yang berbeda ,yakni yang bersifat spiritual dan suci dalam liturgy.Perangkai bunga untuk liturgi sebaiknya juga mau mendalami liturgy itu sendiri ,medan nyata bagi karyanya.


Meskipun bertindak sebagai pelaku utama dalam bentuk kesenian ini, perangkai bunga sebaiknya menghayati tugas dan peranannya sebagai pelayan.Dia bukan pemilik dan penguasa liturgi, yang bisa dengan sesuka hati memanfaatkan liturgi bagi kebutuh pribadi. Artinya, dia harus lebih mengutamakan kepentingan liturgi dari pada kepentingan sendiri. Segala kemampuannya diabdikan bagi kemuliaan Tuhan yang kita temui dalam perayaan liturgi. karya seni ciptaannya diarahkan untuk membantu jemaat atau setiap peraya agar dapat merasakan kehadiran Tuhan sebagai alat agar sesamanya dapat diantar untuk lebih dekat dan mencintai Tuhannya.


Spritualitas pelayanan liturgis juga berlaku bagi perangkai bunga, juga bagi setiap seniman yang mangabdikan diri bagi liturgi. Semua yang terlibat dalam liturgi hendaknya menghayati tugasnya sebagai pihak yang melayani liturgi ( munus ministeriale ) Paus Yohanes Paulus II pernah menulis untuk para artis, seniman-seniwati.


“ Panggilan khas seniman-seniwati secara perorangan menetapkan bidang yang mereka layani, sekaligus menunjukan tugas-tugas yang harus mereka emban; karya berat yang harus mereka tanggung dan tanggung jawab yang harus mereka terima. Seniman – seniwati yang menyadari semua itu mengerti juga, bahwa mereka harus bersusah payah tanpa membiarkan diri didorong oleh usaha meraih kemuliaan yang hampa dan keserakahan akan popularitas yang murahan, apalagi oleh perhitungan suatu keuntungan yang munkin bagi diri mereka sendiri . oleh karena itu ada suatu etika, bahkan suatu spritualitas”Pelayanan Artistik, yang dengan caranya menyampaikan sumbangan kepada pembaruan hidup dan pembaruan rakyat.( 4 April 1999, Letter of His Holiness Pope Johm Paul II to Artist, 4 )


Surat Paus ini terarah pula bagi para perangkai bunga yang diharapkan mau sungguh menghayati bidang karya khusus, tanpa digemuruhi oleh hasrat akan pemuliaan diri atau kesenangan pribadi semata. Maka, masih perlukah perangkai bunga selalu mengharapkan pujian atau sapaan khusus dari imam atau orang lain terhadap karyanya? Pujian memang menyenangkan hati dan merupakan dambaan yang amat manusiawi. Pujian juga kritikan patut diterima sebagai anugerah dan disyukuri. Tapi , kalau tidak ada, tak perlu mengurangi dedikasi bagi pemuliaan Tuhan.


Bunga Dalam Tata Ruang Litrugis

Ruang liturgis pada dasarnya adalah tempat untuk terselenggaranya perayaan liturgis. Beberapa unsur utama harus dipenuhi sehingga tempat itu menjadi pantas utuk perayaan liturgi yang bersifat kudus. Penataan ruang liturgis dapat diperkaya pula dengan berbagai unsur dekoratif. Lalu, dimana sebaiknya bunga-bunga itu ditempatkan dalam suatu ruang liturgis.


Gedung Gereja adalah ruang liturgis, ruang permanen yang jelas peruntukannya.Namun, tempat lain pula dapat dibuat sebagai tempat ruang liturgis untuk sementara waktu. Memang, berliturgi tidak harus didalam gedung gereja, rumah ibadat, tapi juga bisa dirumah keluarga, lapangan, atau tempat lain yang pantas dan memenuhi syarat yang dituntut norma liturgi. Kita akan melihat pada dua jenis ruang liturgis itu, yang tetap ( gereja)dan sementara ( non gereja )


Gedung gereja dibagi menjadi dua bagiaan, bagian untuk imam dan para petugas pelayan seputar altar ( panti imam atau ruang altar ) dan bagian untuk umat yang berpartisipasi. Rangkaian bunga dan unsur dekoratif lainya dapat ditata dikedua bagian itu. Lazimnya hanya bagian dalam gereja yang dihiasi, meskipun dimungkinkan juga menghiasi bagian luar gereja.Yang sering kita lihat biasanya ruang imamlah yang lebih diberi perhatian, bukan hanya ruang imamlah yang dihiasi. Jika dekorator memiliki konsep utuh dalam menghiasi gedung gereja ( baik interior maupun eksteriornya ), sebaiknya tidak hanya memikirkan dekorasi untuk panti imam.


Unsur-unsur perabot utama dalam gereja, khususnya untuk perayaan Ekaristi, adalah altar, ambo/mimbar,kursi imam. Unsur lain lain yang berkaitan misalnya tabernakel meja kredes, kursi pelayan altar, tempat lilin, salib, dsb.unsur-unsur itu ditata sesuai dengan norma liturgi. Rangkaian bunga dapat dibuat untuk ditempatkan di sekitar unsur-unsur itu. Prinsipnya, rangkaian bunga dan unsurnya dekoratif lainya jangan sampai mengaburkan keberatan dan makna unsur-unsur itu, apalagi unsur yang mengandung nilai simbolis penting seperti altar, ambo, Kursi imam dan tabernakel. Misalnya, bunga yang berjibun menghias altar, entah yang diletakan pada altar atau yang di depan altar, bisa melenyapkan penampilan altar sebagai meja perjamuan, yang sesungguhnya menjadi tempat utama bagi roti dan anggur, bahkan fungsi altar melambangkan diri Yesus sendiri. Dengan sungguh memahami makna dan fungsi altar maka perangkai bunga tidak akan bersikap ceroboh dengan asal merangkai atau menempatkan karyanya disekitar altar.


Aturan-aturan untuk gedung gereja diatas berlaku juga untuk ruang liturgis non gereja. Ruang liturgis non-gereja dapat berupa tempat yang lebih kecil ( rumah keluarga, Aula ) atau lebih besar ( lapangan, taman ) dari pada gedung gereja. Maka pertimbangan-pertimbangan artistic dan fungsional tentunya harus diambil jika bungaakan dihadirkan sebagai unsur dekoratif untuk tata ruang liturgisnya, mengingat keterbatasan yang ada, atau kekurangan yang dimiliki tempat-tempat non-gereja itu. Perlu diingat pula bahwa dalam dan menghias kedua jenis tempat liturgis itu jangan sampai unsur-unsur dekoratifnya justru menggangu kelancaran perayaan liturgis atau membelokan fokus yang semestinya tearah pada misteri yang sedang dirayakan.


Beberapa Butir Penuntun

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mempersiapkan dekorasi untuk tata ruang liturgis. Hal mendasar yang harus dipahami adalah pengenalan akan umat. Seniman, decorator,perangkai bunga hendaknya berusaha menerjemahkan “ siapa dirinya”dan dalam karyanya. Sebagai anggota Gereja setempat,ia merupakan reprensetasi diri umat. Karyanya adalah citra diri umatnya. Maka, idealnya ia cukup mengenal dulu karakter, keadaan dan harapan umat, yang ia sendiri adalah salah satu bagiannya.kemudian, beberapa butir petunjuk berikut ini dapat dicoba diikuti.Kami sajikan kini sebagai penuntun umum, dimana perangkai bunga menjadi bagian dari petugas dekorasi.


a. Pemahaman tentang makna dan norma liturgis dari setiap perayaan .

Pengetahuan yang lebih mendalam sebaiknya ditimba dari sumber-sumber yang bisa diandalkan ( buku, ahli liturgi,dsb ). Pemahaman ini penting supaya dekorator dapat merancang tema dekorasinya secara utuh dan menyeluruh sesuai dengan kaidah liturgisnya.

b. Prinsip kesederhanaan yang anggun ( Latin : nobilia simpliciter, Inggris: noble Simplicity).Prinsip yang ditawarkan untuk pembaharuan liturgi modern ini penting supaya rancangan dekorasi tetap sesuai dengan semangat umum liturgi modern. Kederhanaan yang anggun merupakan jalan tengah supaya kita tidak terlalu mewah –berlebihan atau pun terlalu sederhana murahan.setiap esktrem itu dalam tentu menghasilkan keindahan.Idealnya, meskipun rancangan dekorasi tampak sederhana, namun tetap mencitrakan keindahan yang anggun. Mungkin tidak begitu mudah menerapkannya.


c. Keadaan ruangan atau tempat untuk perayaan liturgis: keluasaan, warna, tata cahaya, perabot dan hiasan lain yang sudah permanen atau biasa ada ( gambar, patung, tulisan).Pengetahuan tentang keadaan factual juga penting agar rancangan dekorasinya dapat selaras dengan keseluruhan konteks yang ada. Mungkin ada unsur yang perlu dipindahkan, digeser, diganti, ditambahan, dsb, yang anggun. Mungkin tidak begitu mudah menerapkannya.


d. Pilihan unsur dekoratif : bunga, daun, kain, lilin, dsb.langkah ini diambil setelah kita memetakan kebutuhan diatas( c ) kita harus memilih unsur-unsur dekoratif apa yang diperlukan dan sesuai dengan kontes keseluruhan rancangan.


e. Konsultasi dan kerjasama antar pembuat unsure dekorasi. Hal ini sudah bisa dilakukan sebelum dan selama pelaksanaan kerja dekorasi ruang liturgi.Cara kerja yang saling mengisi dan mendukung akan terasa meringankan proses kerja itu sendiri .Semua decorator hendaknya tetap dijiwai semangat melayani liturgi, bukan hasrat untuk menonjolkan diri melalui karyanya.

Seluruh paparan diatas mungkin belum begitu mudah untuk dijadikan pedoman praktis.Bagi yang merasa terilhami silahkan mencoba menerapkannya.Tulisan ini kiranya masih perlu disempurnakan, terutama dengan lebih menimba pengalaman –pengalaman nyata dari para perangkai bunga yang sudah malang melintang mengabdikan diri dalam dunia perbungaan dan liturgis.Semoga para artis-floral menghayati peran pelayanan seperti bunga-bunga yang senantiasa cerita memandang sang penciptanya.


Warna-warna Liturgi

Yang dimaksud warna liturgi adalah warna kasula yang dipakai room/ imam pada saat mempersembahkan misa, yang disesuaikan dengan masa liturgi atau ujud misa.

Gereja mengenal 5 halaman liturgi, tetapi sekarang yang masih dipakai hanya 4 warna

  • Warna Putih : Lambang dari kegembiraan dan kesucian. Dipakai pada pesta / hari raya Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, Orang Kudus, Natal & Paskah
  • Warna Merah : Lambang dari cinta kasih, api, darah, pengurbanan / kemenangan,& kekuatan Roh kudus Dipakai pada hari raya Minggu Palma, Jum’at Agung, Pentakosta, serta pesta para Martir
  • Warna Hijau : Lambang dari harapan dan kesuburan. Dipakai pada misa biasa, antara lingkaran hari Ntal dan hari Paskah
  • Warna ungu : Lambang dari tobat, Kesedihan dan keprihatinan. Dipakai pada masa advent,Prapaskah yang dimulai pada Rabu Abu, misa Arwah
  • Warna Hitam : Lambang dari berkabung. Dipakai dalam upacara Arwah dan penguburan. Warna hitam ini sudah jarang dipakai lagi dan biasanya diganti dengan warna ungu

Warna Ungu Dipakai sampai hari rabu sebelum Kamis Putih ,sedangkan pada hari Minggu Palma dipakai warna merah.

Setelah Minggu Palma kita memasuki Lingkaran Tri Hari Suci dimana pada hari-hari tersebut yang dipakai adalah warna putih. Selain itu, Warna putih juga dipakai pada pesta.:

  1. Kenaikan Yesus ke Surga
  2. Tri Tunggal Maha Kudus
  3. Tubuh dan Darah Kristus
  4. Hati Kudus Yesus ( Jum’at Pertama dalam bulan)
  5. Natal

Tata Cara Merangkai Bunga Altar :

Menghias Gereja, menata bunga Altar maupun mendekor ruagan untuk perayaan Ekaristi atau ibadat sabda dirumah mempunyai kiat-kiat tertentu.


Selain warna liturgi dan Masa liturginya, harus pula diperhatikan keserasiaannya secara menyeluruh . Menghias altar dan panti imam sebaiknya jangan mengganggu lalu lintas atau kelancaran berlangsungnya Perayaan Ekaristi.

Tata ruang gereja menjadi lebih indah atau serasi bila disertai tata hias bungadan warna-warna liturgi yang harmonis.


Seseorang yang menyediakan waktunya untuk datang dan merangkai bunga di gereja, diharapkan mempunyai niat dan motivasi untuk memuliakan Tuhan, Juga sifat kekeluargaan yang sangat menunjang eratnya kerja sama, tanpa ada motifasi lain atau ambisi pribadi.


Sebelum berkarya, kita berdoa dan lebih baik lagi kalau kita berdoa dalam hati pada saat ambisi pribadi.

Untuk bentuk rangkaian dapat dipilh antara lain :

- Gaya Eropa : Lebih banyak bunga

- Gaya Jepang : Agak sedikit bunga

- Gaya Tradisional : Kombinasi dengan melati atau janur


Apakah Fungsi rangkaian bunga di gereja maupun dirumah dalam kaitannya dengan perayaan liturgi ?

Sudah tentu untuk memperindah rumah Tuhan atau ruang ibadat di lingkungan atau tempat-tempat lain, sehingga umat yang beribadat merasa nyaman, serasi dan sejuk dalam mengikuti misa atau upacara liturgi lainny.semua itu membantu umat untuk berdoa dan menyelami keindahan dan keagungan Tuhan yang hadir ditengah UmatNya.

Hal-hal utama yang harus diperhatikan dalam menghiasi gereja maupun ruang ibadat ada beberapa yaitu:

  • Meja Altar di gereja maupun di lingkungan sebaiknya bersih dari hiasan –hiasan, kecuali lilin yang termasuk kelengkapan upacara liturgi dan merupakan lambang terang ilahi.Di atas altar hanya ada peralatan upacara misa yang dapat dilihat jelas oleh umat yang mengikuti Perayaan misa.
  • Rangkaian bunga sebaiknya diletakkan disamping luar atau didepan meja Altar dengan memakai standart tersendiri. Rangkaian bunga jangan terlalu tinggi dan jangan menutupi peralatan misa.
  • Selain Altar, kita juga harus memperhatikan mimbar ( apabila di gereja ) Mimbar tidak pentingnya dengan Altar jadi mimbar juga harus di hiasi. Seperti altar, mimbar pun harus dihiasi sesuai dengan fungsinya.Dari sini disampaikan firman Tuhan, jadi rangkaian juga jangan terlalu besar sehingga menutupi lektris atau lektor yang bertugas, Juga Kitab Sucinya.
  • Mengenai Warna bunga, Sebaiknya disesuaikan dengan warna masa liturgi gereja . Penyesuaian warna bunga denga warna liturgi atau warna kasula bukanlah suatu dogma atau peraturan gereja, tetapi untuk menciptakan suatu harmoni dan nuansa didalam gereja.

Maka sebaiknya diperhatikan untuk Hari-hari Raya / Besar, rangkaian boleh agak meriah dan warna disesuaikan seperti yang telah diuraikan sebelumnya.pada Hari-Hari minggu biasa, sewaktu pastur memakai kasula hijau,rangkaian sederhana saja, warna bunga boleh netral dan terikat.


Untuk masa-masa Prapaskah dan advent, dimana gereja dalam masa pertobatan dengan warna ungu sebaiknya tidak ada bunga di altar.Altar akan dihiasi dengan dedaunan saja, karena bunga adalah tanda kemeriahan,sedangkan hijaunya daun merupakan harapan akan hal yang akan datang, Paaskah,atau Natal.


Kamis Putih,bunga yang dipakai biasanya berwarna putih untuk menunjang suasana hari raya tersebut.Setelah upacara kamis putih, semua rangkaian dipindahkan ke tarbernakel dimana Sakramen Mahakudus ditahtakan.


Jum’at Agung, tidak ada hiasan sama sekali. Altar kosong, meskipun Pastur memakai kasula merah (Lambang Pengurbanan) setelah upacara penghormatan salib altar diberi taplak merah untuk upacara (Sambut ) komuni.


Sabtu Paskah, dan Paskah, bunga berwarna putih dan kuning menggambarkan kemuliaan / keagungan ilahi.Setelah Paskah ada Hari Raya kenaikan Yesus kesurga, Tri Tunggal Maha Kudus, Tubuh dan Darah Kristus, bunga biasanya dipilih warna putih dan kuning.


Pentakosta, adalah Hari Raya Roh Kudus lambang cinta kasih Tuhan kepada umatNya.Roh kudus dilambangkan sebagai lidah api.Bunga Sebaiknya berwarna merah.setelah Pentakosta hari raya yang besar adalah Natal.Natal dihiasi dengan bunga merah meriah dan hijau.



26 August 2009

Advent




Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya. (Yes 41:49)

Dekorasi Advent Krans - Masa Advent dalam liturgis adalah warna ungu sesuai dengan makna dari Pertobatan, Dekorasi dipasang dengan 4 buah lilin, yang menggambarkan waktu 4 minggu menjelang hari Natal.
Lingkaran dasar daun cemara, dengan hiasan bola2 Natal warna ungu dan silver.

21 August 2009

Aneka Dekorasi Bunga

Out0door dekorasi - Lokasi Gereja Katedral Jakarta


Standing Flower - Lokasi Gereja Katedral Jakarta


Bunga pada meja tamu

Foyer

FOYER: istilah foyer sendiri diartikan sebagai serambi atau tempat menunggu. Bisa dikatakan juga bahwa foyer ini adalah ruang penerima sebelum memasuki ruang Gereja.


Lokasi: Gereja Katedral Jakarta

Hiasan diatas menggunakan Bunga Anggrek Dendrobium dironce.


Lokasi: Gereja Katedral Jakarta

Hiasan foyer diatas sangatlah elegant mengingat dekorasi bunga tersebut diperuntukan pada pesta penerimaan Sakramen Pernikahan.
Kombinasi bunga pada sepasang standing flower tembaga di isi oleh Bunga Cymbidium, Mawar, Baby's Breath, Hydrangea, Daun Ivy dan Rantingnya Corilus.