05 August 2009

Bunga dalam tata ruang liturgis


Gedung gereja adalah ruang liturgis, ruang permanen yang jelas peruntukan-nya. Namun, tempat lain pun dapat dibuat sebagai ruang liturgis untuk sementara waktu.
Gedung gereja di-bagi menjadi dua bagian: panti imam atau ruang altar, dan bagian untuk umat yang berpartisipasi. Lazimnya hanya bagian dalam gereja yang dihiasi, meskipun terbuka juga untuk menghiasi bagian luar gereja.

Yang sering kita lihat biasanya ruang imamlah yang lebih diberi perhatian, bahkan hanya ruang imamlah yang dihiasi. Jika dekorator memiliki konsep utuh dalam menghiasi gedung gereja (baik interior maupun eksteriornya), sebaiknya tidak hanya memikirkan dekorasi untuk panti imam.
Prinsipnya, rangkaian bunga dan unsur dekoratif lainnya jangan sampai mengaburkan keberadaan dan makna unsur - unsur itu, apalagi unsur yang mengandung nilai simbolis penting seperti altar, ambo, kursi imam, dan tabernakel.

Beberapa butir penuntun
Hal mendasar yang harus dipahami adalah pengenalan akan umat. Seniman, dekorator, perangkai bunga hendaknya berusaha menerjemahkan “siapa dirinya” dalam karyanya. Sebagai anggota Gereja setempat, ia merupakan representasi diri umat. Karyanya adalah citra diri umatnya. Maka, idealnya ia cukup mengenal dulu karakter, keadaan, dan harapan umat, yang ia sendiri adalah salah satu bagiannya.

Kemudian, beberapa butir petunjuk berikut ini dapat coba diikuti.
  • Pemahaman tentang makna dan norma liturgis dari setiap perayaan. Pengetahuan yang lebih mendalam sebaiknya ditimba dari sumber-sumber yang bisa diandalkan (buku, ahli liturgi, dsb). Pemahaman ini penting supaya dekorator dapat merancang tema dekorasinya secara utuh dan menyeluruh, sesuai dengan makna dan kaidah liturgisnya.
  • Prinsip kesederhanaan yang anggun (Latin: nobilia simpliciter, Inggris: noble simplicity). Prinsip yang ditawarkan untuk pembaruan liturgi modern ini penting supaya rancangan dekorasi tetap sesuai dengan semangat umum liturgi modern.
  • Keadaan ruangan atau tempat untuk perayaan liturgis: keluasan, warna, tata cahaya, perabot dan hiasan lain yang sudah permanen atau biasanya ada (gambar, patung, tulisan). Pengetahuan tentang keadaan faktual juga penting agar rancangan dekorasinya dapat selaras dengan keseluruhan konteks yang ada. Mungkin ada unsur yang perlu dipindah, digeser, diubah, diganti, ditambahi, dsb, yang sesuai dengan tuntutan rancangan dekorasinya.
  • Pilihan unsur dekoratif: bunga, daun, kain, lilin, dsb. Langkah ini diambil setelah kita memetakan kebutuhan di atas. Kita harus memilih unsur-unsur dekoratif apa yang diperlukan dan sesuai dengan konteks keseluruhan rancangan.
  • Konsultasi dan kerjasama antar pembuat unsur dekorasi. Hal ini sudah bisa dilakukan sebelum dan selama pelaksanaan kerja men- dekorasi ruang liturgi. Cara kerja yang saling mengisi dan mendukung akan terasa meringankan proses kerja itu sendiri. Semua dekorator hendaknya tetap dijiwai semangat melayani liturgi, bukan hasrat untuk menonjolkan diri melalui karyanya.
sumber : imankatolik